Jurnal Refleksi Mingguan
MODUL : 3 Budaya Positif.
INSTANSI : SMKS MA’ARIF NU BENJENG
Nama : HAMIM THOHARI, S.P.
Pada setiap akhir minggu, Kepala SMK sebagai peserta pelatihan akan mengunggah jurnal refleksinya. Tiap peserta perlu merumuskan pelajaran yang telah diambil oleh dirinya sebagai pribadi maupun pendidik profesional dari materi yang telah dipelajari dan situasi/keadaan/peristiwa yang telah dihadapi dalam semangat reflektif ke dalam suatu narasi yang bagian-bagiannya dirangkai dengan memanfaatkan kerangka refleksi 5M atau 5R (Bain dkk. (2002) dalam Ryan & Ryan (2013)), sebagai berikut.
Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 5R 1, Mendeskripsikan (Reporting), 2. Merespon (Responding), 3. Mengaitkan (Relating), 4. Menganalisis (Reasoning), 5. Merancang ulang (Reconstructing), Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh 5R (Bain dkk. (2002) dalam Ryan & Ryan (2013)), sebagai berikut.
Mendeskripsikan, Merespon, Mengaitkan,
Menganalisis, Merancang ulang.
1.
Mendeskripsikan
(Reporting)
Modul ini adalah modul dengan materi terbanyak di
antara modul-modul sebelumnya, pada modul 3 ini saya mulai mempelajari materi
mengenai Budaya Positif diawali dengan pembelajaran secara mandiri diawali
dengan ‘Mulai Dari Diri’. Pada bagian ini saya diminta untuk menjawab
pertanyaan yang ada di LMS diantaranya 1) Sebagai seorang kepala sekolah bagaimana Bapak/Ibu memaknai
Budaya positif ? 2) Apa tantangan Bapak/Ibu sebagai
seorang kepala sekolah dalam menerapkan budaya positif ? 3. Apa yang Bapak/Ibu
maknai tentang manusia merdeka dalam menguatkan nilai budaya belajar dan nilai
budaya kerja ?
Setelah mempelajari bagian ‘mulai dari diri’,
berlanjut ke bagian ‘Eksplorasi Konsep’ dimana ada 5 materi yang esensial pada
modul 3.2.a.1ini. Materi tersebut adalah 1) Transformasi Pendidikan Indonesia pada SMK 2. Pendekatan Berbasis
Aset/Kekuatan (Asset-based Approach) dan Pengembangan Komunitas Berbasis
Aset/kekuatan (PKBA) 3. Teori kontrol/pilihan 4. Makna Disiplin 5. Posisi kontrol,
kebutuhan dasar, restitusi dan protokol segitiga restitusi
Selesai eksplorasi konsep, masuk Zoomeeting dipimpin oleh fasilitator kami yaitu Pak Budi
dalam sesi Ruang Kolaborasi dengan pembahasan (1). Kepala SMK menguatkan
pemahaman tentang dasar-dasar pendidikan Ki Hadjar Dewantara, (2). Kepala SMK
dapat membandingkan pembelajaran yang berpihak pada murid pada konteks lokal
kelas dan sekolah agar terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter,
(3). Kepala SMK dapat merumuskan pembelajaran yang merefleksikan dasar-dasar
Pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam menuntun murid mencapai kekuatan kodratnya,
(4). Kepala SMK dapat memahami Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang
dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya, (5). Kepala
SMK dapat membandingkan konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep
pendekatan restitusi, (5). Kepala SMK melakukan dialog dan peninjauan atas
praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.
Setelah Eksplorasi tahap berikutnya masuk pada
Ruang Kolaborasi, pada tahapan ini kepala sekolah diminta untuk berkolaborasi
dengan komunitas multi unsur (guru, peserta didik, orang tua dan dunia
kerja) di sekolah melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik
penerapan konsep-konsep budaya positif di lingkungan sekolah. Bersama komunitas
sekolah, memahami tabel peraturan di Masyarakat, peraturan-peraturan yang ditemui
di kelas atau sekolah, namun peraturan yang biasa kita temui di Masyarakat dan
Industri.
Setelah berkolaborasi, kami fokus mengerjakan tugas
mandiri lagi di bagian ‘Demonstrasi Kontekstual’. Di bagian ini saya melaksanakan
rapat kordinasi dengan Waka dan Guru, Pengurus Perguruan, Komite dan IDUKA
untuk memahami nilai nilai yang ada dimasyarakat dengan menggunakan table panduan
yang ada pada LMS.
Tahapan berikutnya Demonstrasi Kontekstual, tahapan
ini saya koordinasi dengan warga Sekolah untuk merumuskan rencana keyakinan
sekolah tentang (1). Penguatkan slogan SMK tentang semangat BMW (Bekerja,
Melanjutkan dan Wirausaha), (2). Merefleksikan maksud pendidikan yang
menguatkan Nilai-Budaya Belajar dan Kerja sesuai semangat Kewirausahaan yang
merupakan salah satu elemen penting yang tidak boleh terpisah dari SMK, (3). Mengembangkan
rencana kerja yang dapat diukur sesuai konteks dan keunikan setiap SMK dengan
panduan Daftar Periksa Demonstrasi Konstektual, pada laman LMS.
2.
Merespon (Responding)
Sekolah tidak bisa memaksa murid untuk melakukan
sesuatu jika mereka tidak mau. Bahkan jika guru tampaknya mengendalikan
perilaku murid, itu karena murid membiarkan dirinya dikendalikan. Saat ini,
bentuk kontrol guru sudah menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid. Teori
kontrol berpendapat bahwa semua perilaku memiliki tujuan, termasuk yang tidak
disukai. Ketika guru sudah mampu memahami kebutuhan dasar setiap siswa, langkah
yang dilakukan adalah dengan menerapkan disiplin positif. Selama ini, disiplin dipahami
sebagai tindakan untuk membuat siswa patuh pada aturan sekolah dan guru. Apakah
seperti itu penerapan disiplin yang tepat? Menurut Diane Gossen dalam bukunya
Restructuring School Discipline ada tiga alasan motivasi manusia dalam
melakukan sesuatu, yaitu Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk
mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, untuk menjadi orang yang
mereka inginkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.
3.
Mengaitkan (Relating)
Sekolah
tidak bisa memaksa murid untuk melakukan sesuatu jika mereka tidak mau. Bahkan
jika guru tampaknya mengendalikan perilaku murid, itu karena murid membiarkan
dirinya dikendalikan. Saat ini, bentuk kontrol guru sudah menjadi kebutuhan
dasar yang dipilih murid. Teori kontrol berpendapat bahwa semua perilaku
memiliki tujuan, termasuk yang tidak disukai. Ketika guru sudah mampu memahami
kebutuhan dasar setiap siswa, langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan
disiplin positif. Selama ini, disiplin dipahami sebagai tindakan untuk membuat
siswa patuh pada aturan sekolah dan guru. Apakah seperti itu penerapan disiplin
yang tepat? Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline
ada tiga alasan motivasi manusia dalam melakukan sesuatu, yaitu Untuk
menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau
penghargaan dari orang lain, untuk menjadi orang yang mereka inginkan sesuai
dengan nilai-nilai yang diyakini.
4.
Menganalisis (Reasoning)
Sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa
pendidikan adalah tempat menyemai benih kebudayaan, dan kebudayaan dibentuk
dari kebiasaan dan menjadi karakter jangka panjang. Pendidikan sejatinya mampu
menumbuhkan manusia-manusia terbaik yang berpegang pada nilai-nilai keyakinan
yang memiliki kemerdekaan jiwa, bukan hanya membentuk generasi yang patuh
karena tekanan dan aturan tapi jika menghendaki siswa patuh pun karena mereka
mematuhi keyakinan dan nilai-nilai yang mereka pegang sendiri bukan aturan yang
guru atau sekolah paksakan. restitusi adalah sebuah upaya untuk membuat siswa
mampu mengevaluasi diri mereka sendiri agar menjadi manusia yang baik sesuai
dengan nilai-nilai kebajikan universal dan sebuah upaya agar setiap kesalahan
yang dilakukannya menjadi bahan pembelajaran agar dirinya menjadi lebih baik,
menjadi lebih kuat karakternya dan penghargaan pada diri mereka sendiri pun
menjadi bertambah.
5.
Merancang ulang (Reconstructing)
Dalam mengembangkan budaya positif
disekolah perlu dilakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan
konsep-konsep budaya positif di lingkungan sekolah, kemudian menguatkan pemahaman
dan membiasakan untuk memiliki pola pikir, bahwa setiap peraturan/kesepakatan
yang dibuat di dalam sebuah organisasi /komunitas masyarakat bertujuan untuk
menjunjung nilai kebajikan yang diyakini oleh orang-orang yang ada di dalamnya,
makan kami berkolaborasi dengan komunitas multi unsur (guru, peserta didik,
orang tua dan dunia kerja) merumuskan rencana keyakinan sekolah sebagai hasil
dari dialog yang dilakukan bersama multiunsur di sekolah, Menguatkan slogan SMK
tentang semangat BMW (Bekerja, Melanjutkan dan Wirausaha), Merefleksikan maksud
pendidikan yang menguatkan Nilai-Budaya Belajar dan Kerja sesuai semangat
Kewirausahaan yang merupakan salah satu elemen penting yang tidak boleh
terpisah dari SMK, Mengembangkan rencana kerja yang dapat diukur sesuai konteks
dan keunikan setiap SMK.